Kontemplasi #2 : Pengembaraan telah usai

 

Sebuah Suara dari Semesta berseru pada jiwa manusia   
Mengajak hamba untuk pulang kepada dirinya yang sejati       
Rumah asli di negeri kelahiran kita bersama
Dimana ada di balik petala langit yang begitu mempesona       

Kata Rumi, nanti sebagian manusia bak burung phoenix,        
yang terbang begitu bebas dan bahagia, tanpa nestapa    
Ringan beban karena telah keluar dari cengkraman jebakan dunia

Tapi , lalu. Ada angin yang menyampaikan berita 
Para pejalan telah mengembara sekian waktu        
Kemudian pejalan itu pulang untuk pertama kalinya ke tempatnya    
Dan dari semuanya, ada dua wajah yang memandu kepulangannya   
Yang satu syahdu, selainnya sendu

Ketika kupergoki, ternyata ada raga yang telah akan melebur   
Benar saja.. telah ada yang pulang ke pangkuan tanah yang semu      
Mereka itu telah berhadapan dengan sakaratul maut       
Yang akhirnya dijemput malaikat Izroil dengan merunduk      
Yang satu meninggalkan wajah berseri, selainnya wajah masam dan kelu sekali

Sudahlah, aku tau kita telah mafhum
Mereka telah mendapatkan tamu kematian  
Yang kedatangannya tiada pernah terduga-duga    
Yang kedatangannya tiada pernah bisa di nego oleh kita

Jika begitu,
Lalu siapakah itu yang berjalan lenggang dipelataran dunia?    
Seolah hidupnya panjang dan lama? 
Berandai-andai dengan kenikmatan fana     
Sedang ada yang tak henti mengintai perjalanannya

...
Silahkan, mari kembali mendengarkan Ayat ayat Nya    
Firman-Nya memperingati manusia perihal pencabutan nyawa dari raga      
Sekejap mata atau satu tarikan nafas saja     
Mati pasti menghujam kita      
Walau aku berlindung dari tabir dan penjaga

Adapula satu waktu akan datang saatnya,    
Diterpa seruling Isrofil, dihantam tiupan sasangkala       
Manusia bagaikan kapas dan kerikil berhamburan
Sang ibu meninggalkan bayi kesayangan    
Suami istri bercerai berai saling mengacuhkan      
Ketakutan atas kehancuran alam yang saling berhantaman       
Menindih manusia hingga kepincangan kemudian binasa        
Hancur lebuh sudah, seluruh semesta dan seisinya

Duhai Kita, hambah lemah jua nista  
Jikalau esok ataupun lusa        
Kematian yang mematahkan urat nadi,        
Atau hari yang dijanjikan yang akan menyungkurkan kesombongan, menghanyutkan keserakahan,        
Semua itu segera menghampiri? Bagaimana persaksian kita nanti di hari penghisaban?

Bilakah waktu itu datang         
Bilakah hari itu bersegera ada tanpa kita duga?     
Dimanakah letak kesombongan dan keserakahan yang diagung-agungkan? 
Sungguh, ia akan sirna, dan diri akan tak kuasa menanggung segala siksa

Duhai Kita, hamba lemah, para pejalan di pelataran dunia yang sementara  
Mari mengingat ulang sebuah nasihat sang bijak   
Berpagi harilah engkau dalam keadaan bertobat,   
Dan bersore harilah engkau dalam keadaan bertobat

Kembali kita, hanya pada-Nya Yang kuasa. Tempat sebenarnya manusia, Dermaga akhir yang sejatinya kan dituju .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A.Hasan ,guru besar persis