[CERPEN[] - Terhempas
TERHEMPAS
by : Rivia Nafilah Fauziah
Pergilah . Biarkan asa ku tak mengagumi lagi. |
Dan
kamu tau apa yang membuatku terhempaskan begitu saja.
Senja semakin
mengepal hari, mataku tetap focus pada satu lembaran berisi huruf-huruf kias
berarti, yang mesti diolah otak dengan teliti sehingga tergapai dan terekam isi
dan maksud sang penulis. Yups.. beberapa huruf yang berevolusi menjadi satu kalimat yang perlu diselami,
‘ Ma’rifat Cinta’. Tak tahu apa itu makna ma’rifat cinta, yang kutahu namaku Riffat tanpa ma dan cinta .
Katanya penuh makna Balaghah , bahkan otakku tak mampu menggapai keberadaan maksudnya walau rasa penasaran menghantui, hatiku berkata “Ini bukan buku bacaan yang pas untuk seorang labil ini” . Tiba-tiba imajiku menerka jauh masa dimana aku akan hidup bersama seseorang yang selalu kumudah-mudahkan. Lama… imajiku melayang-layang jauh .
Katanya penuh makna Balaghah , bahkan otakku tak mampu menggapai keberadaan maksudnya walau rasa penasaran menghantui, hatiku berkata “Ini bukan buku bacaan yang pas untuk seorang labil ini” . Tiba-tiba imajiku menerka jauh masa dimana aku akan hidup bersama seseorang yang selalu kumudah-mudahkan. Lama… imajiku melayang-layang jauh .
....
“Qum.. Riffattt.
Qum “.
Suara yang semula samar, tiba-tiba menggema dibenak dan telingaku. Spontan mataku terbuka menatap sekeliling, tepat pada jam wekerku. Mataku terbelalak ,ragaku segera berdiri meraih handuk menuju hamam.
Hiruk
pikuk desa santri diawal mala mini tak akan pernah sepi dari lantunan ayat
quran dan rutinitas santri maskan baik rijal maupun banaat. Sedangkan, ditengah
kerumunanini aku mengadu pada sahabat karibku.
“Ah kamu mah gak bangunin ana, tadi sore ana kecolongan. Sebel kan” Aduku sekaligus aku merasa kesal karena sore itu tak ada sama sekali yang membangunkanku, sehingga waktu muroja’ah quran ku hilang ditelan tidur’tanpa izin’ itu. Arghhh.
“Udah berapa kali ana bangunin kamu tau. !” Jelasnya. Aku terdiam menahan kesal dalam dada. Cukup kusimpan rasa kesal ini dalam hati karena sejatinya ini memang salahku.Sudahlah.. Kulupakan saja apa yang terjadi hari ini,cukup menjadi pelajaran bagiku sendiri. Segera kubuka al-quran ,”Audzubillah himinassyaitonnirrojim, wa min aayatihi ..” ( Ar-rum) .
"Deg". Tidak lebih dari 1 lembar yang kubaca dari suarat ar-rum, tiba-tiba mataku dengan ragu merekam sesosok lelaki yang baru keluar dari mesjid. Dadaku bergetar, Quranku terabaikan.
“Lihat dia.! Begitu berwibawa. Teman yang tak kuduga akan menjadi orang hebat . Aku kagum padanya “ Hatiku berbisik. Segera ku beristigfar dan kembali melantukan surat ar-rum, juz ke 21 dari al-quran.
Suara yang semula samar, tiba-tiba menggema dibenak dan telingaku. Spontan mataku terbuka menatap sekeliling, tepat pada jam wekerku. Mataku terbelalak ,ragaku segera berdiri meraih handuk menuju hamam.
............
“Ah kamu mah gak bangunin ana, tadi sore ana kecolongan. Sebel kan” Aduku sekaligus aku merasa kesal karena sore itu tak ada sama sekali yang membangunkanku, sehingga waktu muroja’ah quran ku hilang ditelan tidur’tanpa izin’ itu. Arghhh.
“Udah berapa kali ana bangunin kamu tau. !” Jelasnya. Aku terdiam menahan kesal dalam dada. Cukup kusimpan rasa kesal ini dalam hati karena sejatinya ini memang salahku.Sudahlah.. Kulupakan saja apa yang terjadi hari ini,cukup menjadi pelajaran bagiku sendiri. Segera kubuka al-quran ,”Audzubillah himinassyaitonnirrojim, wa min aayatihi ..” ( Ar-rum) .
"Deg". Tidak lebih dari 1 lembar yang kubaca dari suarat ar-rum, tiba-tiba mataku dengan ragu merekam sesosok lelaki yang baru keluar dari mesjid. Dadaku bergetar, Quranku terabaikan.
“Lihat dia.! Begitu berwibawa. Teman yang tak kuduga akan menjadi orang hebat . Aku kagum padanya “ Hatiku berbisik. Segera ku beristigfar dan kembali melantukan surat ar-rum, juz ke 21 dari al-quran.
...............
Dulu, persentase nilai dan prestasiku dengannya terbilang
jauh. Dia bukan tipe orang yang terkenal dan mampu mengenal orang dengan mudah.
Dia biasa-biasa saja bagiku.Tapi saat ini ia beganti prinsip sehingga kualitas hidupnya melonjak jauh
melebihiku. 1 tahun aku berkelana hidup dengannya, dengan status teman diskusi,
teman biasa, teman ngobrol . Namun entah dimulai dari sejak kapan, bahkan imajiku tidak pernah menggapai situasi
seperti ini.
Saat perjuanganku mencari ilmu di pesantren menginjak 2 tahun, kehidupan dia berbeda, dengan kemampuannya dia hampir menyusul target tahfidzku , ditambah peringkatnya naik, namanya terkenal disentoro pesantren, dan cap anak shaleh disandang olehhnya. Dan sejak saat itu pula, aku dan dia segan untuk berbicara, kecuali hal yang amat penting. Apalagi yang harus memulai pembicaraan adalah AKU.
“ Gak habis pikir sama dia.. Sholeh banget ya “
Syahida mengernyitkan dahinya sembari menatap punggung laki-laki yang semakin menjauh dari pandangannya.
“Apalagi hafalan sama lantunan suaranya manteppp banget. Ana iri. Diapun sudah jadi murid kesayangan guru tahfidz, makin iri deh,.” Kataku.
“Biarlah.. Toh maunya , kita jadi hamba kesayangannya Allah aja. Iya gak da?” Lanjutku menyinggung senyum pada sosok perempuan berbalut jilbab syari, Syahida Syaina Mahmud.
“Insyaallah” Katanya kalem, sembari membalas senyumku. Indah dan menenangkan raut wajahnya. Jujur, sosok sahabat seperti Syahida tak akan pernah kusia-siakan . Karena dia sahabat karibku yang keren banget.
Saat perjuanganku mencari ilmu di pesantren menginjak 2 tahun, kehidupan dia berbeda, dengan kemampuannya dia hampir menyusul target tahfidzku , ditambah peringkatnya naik, namanya terkenal disentoro pesantren, dan cap anak shaleh disandang olehhnya. Dan sejak saat itu pula, aku dan dia segan untuk berbicara, kecuali hal yang amat penting. Apalagi yang harus memulai pembicaraan adalah AKU.
“ Gak habis pikir sama dia.. Sholeh banget ya “
Syahida mengernyitkan dahinya sembari menatap punggung laki-laki yang semakin menjauh dari pandangannya.
“Apalagi hafalan sama lantunan suaranya manteppp banget. Ana iri. Diapun sudah jadi murid kesayangan guru tahfidz, makin iri deh,.” Kataku.
“Biarlah.. Toh maunya , kita jadi hamba kesayangannya Allah aja. Iya gak da?” Lanjutku menyinggung senyum pada sosok perempuan berbalut jilbab syari, Syahida Syaina Mahmud.
“Insyaallah” Katanya kalem, sembari membalas senyumku. Indah dan menenangkan raut wajahnya. Jujur, sosok sahabat seperti Syahida tak akan pernah kusia-siakan . Karena dia sahabat karibku yang keren banget.
..........
Jantungku hampir berhenti , saat namaku dan namanya berada
dalam satu naungan ilmu , ah maksduku satu kelompok. Raut wajahku terlihat
biasa namun suasana hatiku sedang berjingkrark ria karena bisa berdiskusi lagi
dengannya.Iya dia lelaki yang sedang mahsyur dipuja-puji santri dan asatidz.
“Ini dia kesempatan “ suara angin menyelusup kalbu , tiba-tiba senyumku
menyeringai kecil.
Tak pernah terbayangkan , syetan selalu saja punya cara untuk menenggalamkan manusia dalam beragam bentuk maksiat. Namun saat ini aku benar-benar bahagia, tanpa terasa hatiku telah terbagi dua.
.
“Riffat.. Jangan pernah mau untuk mencoba pacaran, sebab apabila kamu maju selangkah dalam berpacaran maka kamu akan mundur 10 langkah dalam pelajaran dan Akhlak. Kamu boleh menyukai seseorang, tapi ingat nak, bukan untuk diumbar , karena dengan mengumbar-ngumbar rasa suka mu berarti kamu telah mengizinkan gerbang Zina untuk terbuka. “ Nasihat yang indah itu terekam dibenakku, apalagi semuanya itu terucap dari lisan insan tercintaku, ibu.
Aku tak pernah mau melanggar nasihat orangtuaku , namun aku tak mampu membendung rasaku, rasa ingin memlikinya sedikit demi sedikit timbul dalam pikiranku. Apalagi, aku tak pernah mencurahkan semua isi hatiku pada siapapun , tak terkecuali sahabatku Syahida. Sehingga. Kadangkala hatiku dibuat kewalahan. Astagfirullah.
“Riffat,… rif !” Satu suara melaju ketelingaku diserap otak sehingga lamunanku tiba-tiba buyar. Sosok yang kukagumkan ,saat ini berada dihadapanku dengan senyumannya yang…
“Ah. Aku takut hatiku meleleh. Aku kan Cuma kagum sama dia. Istigfar Rif istigfar.” Batinku.
“Syukron sudah menjadi rekan kerja kelompok ini. Dan afwan ya jika ada perilaku ku yang membuatmu tidak suka. “ Senyumnya menyertai wajahnya yang terlihat berwibawa. Tanpa sadar , aku menjatuhkan buku yang sejak tadi kupegang dan langsung menunduk untuk mengambil buku itu.
“Iya gak papa.” Kataku dengan raut campur aduk.
“Oh Allah.. semoga ia tidak menyadarinya.” Pintaku. Aku tak mau jika tingkahku terlihat gelagapan didepannya, jangan pernah terjadi .
- - -
Tak pernah terbayangkan , syetan selalu saja punya cara untuk menenggalamkan manusia dalam beragam bentuk maksiat. Namun saat ini aku benar-benar bahagia, tanpa terasa hatiku telah terbagi dua.
.
“Riffat.. Jangan pernah mau untuk mencoba pacaran, sebab apabila kamu maju selangkah dalam berpacaran maka kamu akan mundur 10 langkah dalam pelajaran dan Akhlak. Kamu boleh menyukai seseorang, tapi ingat nak, bukan untuk diumbar , karena dengan mengumbar-ngumbar rasa suka mu berarti kamu telah mengizinkan gerbang Zina untuk terbuka. “ Nasihat yang indah itu terekam dibenakku, apalagi semuanya itu terucap dari lisan insan tercintaku, ibu.
Aku tak pernah mau melanggar nasihat orangtuaku , namun aku tak mampu membendung rasaku, rasa ingin memlikinya sedikit demi sedikit timbul dalam pikiranku. Apalagi, aku tak pernah mencurahkan semua isi hatiku pada siapapun , tak terkecuali sahabatku Syahida. Sehingga. Kadangkala hatiku dibuat kewalahan. Astagfirullah.
“Riffat,… rif !” Satu suara melaju ketelingaku diserap otak sehingga lamunanku tiba-tiba buyar. Sosok yang kukagumkan ,saat ini berada dihadapanku dengan senyumannya yang…
“Ah. Aku takut hatiku meleleh. Aku kan Cuma kagum sama dia. Istigfar Rif istigfar.” Batinku.
“Syukron sudah menjadi rekan kerja kelompok ini. Dan afwan ya jika ada perilaku ku yang membuatmu tidak suka. “ Senyumnya menyertai wajahnya yang terlihat berwibawa. Tanpa sadar , aku menjatuhkan buku yang sejak tadi kupegang dan langsung menunduk untuk mengambil buku itu.
“Iya gak papa.” Kataku dengan raut campur aduk.
“Oh Allah.. semoga ia tidak menyadarinya.” Pintaku. Aku tak mau jika tingkahku terlihat gelagapan didepannya, jangan pernah terjadi .
- - -
Aku . Sebagai manusia yang menyandang status remaja biasa
yang diberikan potensi berupa Gharizah an-Naw. Dan penampakan dari potensi itu
adalah tercipta rasa suka ku terhadap lawan jenis.
Namun sulit rasanya jika hati ini menyukai si shalih itu, yang disetiap sentoro pesantren dipuja-puji dan diidamkan oleh anak-anak santriwati .
Kenapa kagum ini mesti berganti baju menjadi suka !
Allah… Suka ku semakin hari tak mampu terbendung,
Saat aku melihat senyumnya yang indah dan menenangkan,
Saat untuk pertama kalinya ia mengeluarkan kata-kata untukku,
Aku tidak mau hatiku terbelah menjadi dua,
Aku tidak mau mata dan pikiranku terus menerawang dia,
Aku tak mau fokusku terbaikan karena dia,
Allah… Samarkan rasa suka yang tak semestinya ini.”
Goresan harap ini tercurah dalam kertas putih dilembaran diaryku sepanjang berjuang di Pesantren ini.
- - - -
Hari terus berlalu, rasaku tak kunjung pergi, namun ia mampu tersamarkan dengan satu kegiatan ku berjuang dalam perlombaan kali ini. Yaa.. berjuang dalam sebuah perlombaan itru terkadang menyakitkan , saat terlalu banyak orang-orang yang mendorong untuk menang , bukan malah menampakkan kepercayaan kalau si pejuang lomba pasti bisa, bukan pasti menang.. Arghh.Karena itu terlalu menuntut.
“Semangat.. kamu udah berusaha semaksimal mungkin untuk perlombaan ini, untuk hasil jangan terlalu dipikirkan. “ Ucap Syahida menepuk pundakku. Ini dia uacapan sederhana yang kubutuhkan.
“ Iya, akan kucoba untuk tak memikirkannya. Kamu harus tetap memberiku semangat seperti saat ini ya. Dengan ucapanmu yang indah ini . ok ok ?” . Syahida mengangguk pelan diiringi senyumnya yang begitu kalem namun menentramkan hati. Ah dia sahabatku lho. Emm, teman-teman kelasku pun tak hentinya melontar kalimat motivasi padaku dan kalimat-kalimat itu cukup mampu mengikis rasa putus asaku. Alhamdulillah.
Selanjutnya, dihari ini sepucuk surat sampai pada tanganku. Kau tahu dari siapa? Dari seorang ikhwan yang membuatku semakin terhempaskan. Rangakain suarat itu berisi motivasi berwujud ragam hadits nabi.Tak mampu aku memmbendung rasa bahagiaku, sehingga membuatku menjadi berani berbicara langsung padanya, karenanya semangatku melonjak naik.. Ayeehh Fighting Riffat.
“Syukron.” Kataku menghadapnya, menyinggung senyum dan berlalu pergi untuk bersiap-siap melaksanakan perlombaan itu. Entah apa reaksi dia atas perkataanku, yang pasti aku sebagai muslimah begitu lancang atas apa yang kulakukan padanya. Beberpa kali aku beristigfhar memohon ampun pada Allah.
Hari
terus berlalu, padaakhirnya perlombaan itu tinggal menyisakan kenangan . Allah
belum memberiku kesempatan untuk maju ketingkat Provinsi.” Cukup sampai disini”
kata-Nya.
Aku sadar, niatku saat itu melenceng jauh drai lillah. Dan aku sadar pula ibadahku didominasi niat karena dia. Karena aku ingin seperti dia, makanya aku begini. Karena akuingin seperti dia, makanya aku begitu. Karena aku ingin disukai dia, maka aku begini dan begitu. Bahkan aku berharap rasanya padaku sama seperti rasaku padanya. OH Allahu Rabbi.
Namun sulit rasanya jika hati ini menyukai si shalih itu, yang disetiap sentoro pesantren dipuja-puji dan diidamkan oleh anak-anak santriwati .
Kenapa kagum ini mesti berganti baju menjadi suka !
Allah… Suka ku semakin hari tak mampu terbendung,
Saat aku melihat senyumnya yang indah dan menenangkan,
Saat untuk pertama kalinya ia mengeluarkan kata-kata untukku,
Aku tidak mau hatiku terbelah menjadi dua,
Aku tidak mau mata dan pikiranku terus menerawang dia,
Aku tak mau fokusku terbaikan karena dia,
Allah… Samarkan rasa suka yang tak semestinya ini.”
Goresan harap ini tercurah dalam kertas putih dilembaran diaryku sepanjang berjuang di Pesantren ini.
- - - -
Hari terus berlalu, rasaku tak kunjung pergi, namun ia mampu tersamarkan dengan satu kegiatan ku berjuang dalam perlombaan kali ini. Yaa.. berjuang dalam sebuah perlombaan itru terkadang menyakitkan , saat terlalu banyak orang-orang yang mendorong untuk menang , bukan malah menampakkan kepercayaan kalau si pejuang lomba pasti bisa, bukan pasti menang.. Arghh.Karena itu terlalu menuntut.
“Semangat.. kamu udah berusaha semaksimal mungkin untuk perlombaan ini, untuk hasil jangan terlalu dipikirkan. “ Ucap Syahida menepuk pundakku. Ini dia uacapan sederhana yang kubutuhkan.
“ Iya, akan kucoba untuk tak memikirkannya. Kamu harus tetap memberiku semangat seperti saat ini ya. Dengan ucapanmu yang indah ini . ok ok ?” . Syahida mengangguk pelan diiringi senyumnya yang begitu kalem namun menentramkan hati. Ah dia sahabatku lho. Emm, teman-teman kelasku pun tak hentinya melontar kalimat motivasi padaku dan kalimat-kalimat itu cukup mampu mengikis rasa putus asaku. Alhamdulillah.
Selanjutnya, dihari ini sepucuk surat sampai pada tanganku. Kau tahu dari siapa? Dari seorang ikhwan yang membuatku semakin terhempaskan. Rangakain suarat itu berisi motivasi berwujud ragam hadits nabi.Tak mampu aku memmbendung rasa bahagiaku, sehingga membuatku menjadi berani berbicara langsung padanya, karenanya semangatku melonjak naik.. Ayeehh Fighting Riffat.
“Syukron.” Kataku menghadapnya, menyinggung senyum dan berlalu pergi untuk bersiap-siap melaksanakan perlombaan itu. Entah apa reaksi dia atas perkataanku, yang pasti aku sebagai muslimah begitu lancang atas apa yang kulakukan padanya. Beberpa kali aku beristigfhar memohon ampun pada Allah.
...............
Aku sadar, niatku saat itu melenceng jauh drai lillah. Dan aku sadar pula ibadahku didominasi niat karena dia. Karena aku ingin seperti dia, makanya aku begini. Karena akuingin seperti dia, makanya aku begitu. Karena aku ingin disukai dia, maka aku begini dan begitu. Bahkan aku berharap rasanya padaku sama seperti rasaku padanya. OH Allahu Rabbi.
"Namun
disaat kusadar sukaku semakin berlabuh. Dan
perhatian ini semakin menjadi. Maka,
diri ini lebih memilih menjauh untuk mencoba
menghapus rasa itu, Tanpa
harus mencoba mengumbarnya, Karena aku tak mau menodai cintaku,
namun menjaga.
......................
“Jika
dosa aku mengingatnyadalam sendiriku, jadikan ayat-ayat cinta-Mu sebagai
pernghiburku. Lantas
jatuh cintakanku pada orangyang tepat di waktu yang tepat “
Dibuat :
04 - 06 - 2017
Fi amanillah ya ukhti.
BalasHapus