Ngomongin Pendidikan #Eps 2
Bismiillah..
Halo manteman, mudah mudahan kita semua selalu dalam lindungan Allah dan terus diberi kawan berjuang dijalaNya serta dikuatkan menghadapi lawan dalam bentuk apapun itu ditampakkannya. Kita ngobrol lagi yuuu (lewat aksara)..Masih tentang pendidikan Islam yaaa..
By the
way, ku awali dengan sebuah pernyataan
yang mengatakan bahwa “Pendidikan tidak identik dengan sekolah”
Guys,
kiranya aku kembali, berulang kali mengingatkan kepada kita semua perihal
pendidikan terbaik, yakni tiada lain adalah pendidikan Rasulullah SAW, dimana
beliau tidak pernah membatasi pendidikan dengan waktu apalagi ruang. Jadi, dari
sini kita gak perlu berdebat perihal mana yang lebih penting, pendidikan formal
ataupun nonformal. Dan tentunya tanpa menafikan bahwa sekolah merupakan salah
satu tempat untuk mendapatkan pendidikan.
Dan ya.. model
pendidikan ala rasulullah adalah model pendidikan sepanjang zaman yang sudah
baku dan jelas jelas bersumber wahyu, terus udah dicontohkan oleh Nabi Muhammad,
sang guru terbaik yang telah dididik langsung oleh Allah SWT dan kemudian
melahirkan generasi terbaik yaitu para sahabat.
Dan model pendidikan ala Rasulullah tentunya erat kaitannya dengan konsep pendidikan ta’dib, atau konsep pendidikan adab. Benarkah pendidikan adab adalah efektif dan terbaik? Gak percaya? Sini guys, ada sebuah perenungan dari Dr. Adian Husaini. Beliau minta kita untuk lirik negara-negara diluaran sana, misal Finlandia (pasti bahas pendidikan berkualitas, akan merujuk ke negara ini).
Tahun 2019, PBB
merilis list negara yang paling bahagia, dan disitu tertera bahwa negara Finlandia
adalah negara paling bahagia, bahkan Israel juga menduduki posisi ke 13 sebagai
negara paling bahagia. Kita keberapa? 92 kalau gak salah. Coba kenapa
Finlandia menduduki posisi pertama sebagai negara paling bahagia dan nyaman?
Simple ternyata kedengarannya, karena mereka menerapkan konsep kejujuran. Dan
tata cara kehidupan yang diterapkan warganya sangat dekat dengan budaya saling
memuliakan manusia didalamnya. Sikap hidup seperti itu kiranya hadir darimana? dari konsep pendidikan yang diterapkan negara itu.
Yaa jadi begituuu..
Islam sebenarnya sudah memberikan konsep hidurp serta pendidikan yang ideal,
sudah menerapkannya dan ada contoh nyata nya, bukti sejarahnya jelas ada
tinggal kita cari dan mendalaminya -bukan untuk dipendam ya, tapi untuk
diimplementasikan-, semuanya telah ada dalam islam, telah disuguhkan secara
rinci, hanya saja yang menerapkann dan kemudian menikmati dari kebaikan konsep
itu adalah orang lain diluar Islam lhoo.. Sedih gak sih?
Pendidikan
islam itu gak pernah minta yang neko-neko, cuman minta supaya umatnya beradab,
gak harus pinter banget atau apalah. Satu dulu aja,, beradab, baru berilmu,
kemudian seterusnya menjadi Insan Kamil yang diharapkan umat. Sehingga, konsep
adab ini harus selalu diimplementasikan dimanapun pendidikan itu berjalan.
Dan, btw..
kembali ke penjelasan tentang pendidikan formal. Menurut hasil perenungan panjang
dari terjunnya ke lapangan, yang dilakukan Dr. Adian Husaini , setidaknya secara
ringkas ada 3 prinsip pendidikan islam yang harus diterapkan di dunia lembaga
pendidikan. Apa aja tuhhh?
1. Dahulukan adab
sebelum ilmu. Kenapa coba harus mendahulukan adab? Kita pun tau, diluaran sana
banyak orang orang berilmu tinggi, tapi tidak paham bagaimana cara menggunakan
ilmu itu dengan bijak. Atau.. apabila adab gak didahulukan, kiranya akan hadir
banyak kekhawatiran bagi mereka yang berilmu tinggi, yang bisa jadi berpotensi
menjadi penjahat ilmu, dan bayangkan,, daya rusaknya di tengah masyarakat saaaangat
besar. Kita familiar kan dengan hadits nabi yang mengatakan bahwa addabani fi
ahsani ta’dibii (Bangunlah peradaban dengan cara beradab).
2. Utamakan ilmu
yang fardhu Ain. Inisih aku sepakat juga, karena apabila ilmu-llmi fardhu ‘Ain
tidak terpenuhi, maka manusia akan dzalim terhadap dirinya sendiri, bahkan
dimungkinkan berpotensi celaka dunia akhirat, Naudzubillahi min dzalik kann..
Oh ya, Contohnya Ilmu Fardhu ‘Ain sendiri yang berkaitan dengan masalah
hablumminallah, seperti ilmu akidah, halal-haram, dan turunannya. Pokonya
tujuan ilmu Fardu ‘Ain ini fokus untuk menghilangkan kekeliruan iman, dan kita
bisa membedakan mana yang haq dan yang bathil.
3. Pilih ilmu fardu kifayah yang sesuai potensi diri dan yang dibutuhkan umat. Apa saja tuh yang masuk Fardu Kifayah? Kata imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin jilid 1, memberikan contoh seperti Ilmu kedokteran, ilmu matematika, ilmu pertanian, dan lainnya.
Jadi untuk saat ini berdasarkan hasil
perenungan Dr. Adian Husaini selaku pakar pendidikan Islam, prinsip pendidikan islam itu yang harus
mengacu pada 3 poin diatas. Kuy kita mesti paham, sekalipun gak berminat terjun
di dunia pendidikan. Karena gak sedikit umat muslim yang belum bener-bener
memperhatikan posisi fardhu ain, dan fardhu kifayah. Realita dilapangan,
ilmu-ilmu fardhu kifayah lebih banyak diprioritaskan, sedangkan ilmu fardhu ‘ain
cukup diremehkan, bahkan diabaikan.
Humm, Aku jadi diingatkan, kiranya ada yang perlu kita pegang kuat-kuat bahwa “Setiap apa yang kita pelajari, mestilah menambah kedekatan kita pada Sang illahi” . Kita mesti Sepakat .
Dengan imlu Alan terus memperbaiki amaliyah kita ke arah RidloNya. Aamiin
BalasHapus