[ARTIKEL] - Eksistensi dan Kualitas Pendidikan Islam di Era Industri 4.0
Berbicara mengenai Perkembangan Pendidikan Islam, saya teringat
dengan pendidikan islam pada masa
kejayaan dinasti Abasyiah , tepatnya masa kepemimpinan Harun Al-Rasyid .
Pendidikan pada masa itu berkembang pesat dengan mengusung tujuan untuk
keagamaan dan Akhlak, tujuan kemasyarakatan ,dan tujuan untuk mencintai ilmu
pengetahuan. Disebutlah zaman keemasan,
dimana Andalusia dan Bagdad menjadi pusat peradaban islam jugat pusat
pendidikan. Namun segalanya berakhir setalah jatuhnya kota Bagdad ditangan
Tar-Tar, dan inilah masa dimana kebudayaan islam memudar.
Selanjutnya diawal
abad ke-7 hingga ke-13 H , saat Islam masuk ke Indonesia diperkenalkanlah Pendidikan
islam , dimana mesjidlah yang dijadikan lembaga pendidikan Islam pada waktu
itu. Lalu muncullah Pesantren, dayah, dan surau. Diawal abad ke 20 H, muncullah
ide-ide pembaharuan pendidikan islam di Nusantara , sebuah ide yang muncul
karena banyak orang yang tidak puas terhadap pendidikan masa itu. Ide itu
diusung dengan jalan meninggalkan pola pemikiran lama yang tidak sesuai dengan
kemajuan Zaman. Lalu Pada tahun 1354 M Samudera Pasai sebagai kerajaan di
Indonesia menjadi pusat studi islam di Asia Tenggara. Ini pula masa kejayaan
yang diraih oleh pendidikan islam. Dan menjadi bukti pula bahwa Pendidikan
Islam sejak dulu pun mampu menyesuaikan dirinya dengan Zaman.
Kawan-kawan..
Selain daripada itu, bahwasannya Pendidikan Islam dalam
eksistensinya sebagai komponen pembangunan bangsa , khususnya negeri tercinta
kita Indonesia, ia memainkan peran yang sangat besar dan hal ini berlangsung
sejak sebelum kemerdekan digaungkan. Apa
buktinya? Mari kita tengok bersama, Lembaga-lembaga Pendidikan Islam yang saat
ini berdiri , mulai dari adanya majelis Taklim, lalu berkembang menjadi
Pesantren Tradisional (Salafi) dan kembali berkembang menjadi Pesantren Modern yang saat ini tampil
eksis di depan. Namun disamping peran
besar pendidikan islam, pada zaman ini Pendidikan Nasional dirundung beragam
persoalan, maka hal ini berimplikasi pula pada Pendidikan Islam. Ketika
Pendidikan Nasional gagal, maka ia merupakan kegagalan pula bagi pendidikan
islam.
Problematika dari Pendidikan itu sendiri bisa kita lihat
pada etos pendidikan islam dewasa ini, dimana kurang memperhatikan Link and
Match dalam pembangunan Sistem Pendidikannya. Bahkan ada asumsi yang
menyatakan “ Mahasiswa-Mahasiswa Islam miskin akan wawasan, penguasaan sains
dan teknologi, komunikasi, dan juga politik”.
Mari renungkan bersama, apakah asumsi itu pantas untuk kita khususnya
sebagai Mahasiswa Islam. Dan bahkan Tuan Puan, tidak bisa dipungkiri bahwa
pendidikan islam mengalami keterpurukan jauh tertinggal dengan Pendidikan
Barat. Pendidikan saat ini bukanlah
pusat studi islam seperti dahulu, namun sebaliknya ia mengekor dan berkiblat
pada Barat.
Selanjutnya berbicara mengenai
Era Revolusi Industri 4.0 , bahwasannya ia menempatkan pendidikan islam
dipersimpangan jalan, artinya pendidikan islam harus dan bebas memilih. Jika ia
memilih persimpangan satu yakni bertahan dengan pola dan system lama, maka ia
harus rela dan legowo bila semakin tertinggal. Sebaliknya, jika ia membuka diri
dan mau menerima era dirupsi dengan segala konsekuensinya maka ia akan mampu
turut bersaing dengan yang lain.
Merujuk Hasil Penelitian dari McKinsey pada 2016 bahwa
dampak dari digital tecnoogy menuju revolusi industry 4.0 dalam 5 tahun
kedepan akan ada 52,6 juta jenis pekerjaan yang akan mengalami pergeseran atau
hilang dimuka bumi. Hasil penelitian ini
memberi pesan bahwa setiap diri yang masih ingin mempunyai eksistensi diri
dalam kompetisi global harus mempersiapkan mental dan skill yang punya keungguan
persaingan, begitu dengan eksistensi pendidikan islam. Maka, saya ingin bertanya kepada rekan-rekan,
sudikah pendidikan Islam tenggelam terbawa arus era industry ini ?
Maka berdasarkan kenyataan itu, Kami disini selaku mahasiswa pendidikan islam
mengajak rekan-rekan, Para Tuan dan
Puan untuk berupaya mendorong perlunya
reformasi massif di tubuh pendidikan islam. Perlunya reformasi ini, agar
pendidikan islam mampu menjawab tantangan dan tuntutan zaman. Sebagaimana
diketetahui bahwa era 4.0 ini membawa dampak yang luas dalam segala lini
kehidupan, tak terkecuali dalam pendidikan. Era yang melahirkan Fenomena
disruption ini menuntut dunia pendidikan islam untuk turut menyesuaikan diri
dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat serta berorientasi pada masa depan
dengn catatan tidak terbawa arus zaman. Intinya Jika ada era ndustri 4.0 , maka
harus ada Pendidikan Islam 4.0 pula. Setuju ?
Muhajir Efendi dalam salah satu pidatonya mengatakan : “
Bahwa perlu ada reformasi sekolah, peningkatan kapasitas, dan profesionalisme
guru, kurikulum yang dinamis sarana dan prasarana yang andal, serta teknologi Pembelajaran
yang mutakhir agar dunia pendidikan dapat menyesuaikan diri dengan dinamika
zaman.”
Sebagai salah satu usaha meningkatkan eksistensi dan
kualitas pendidika Islam di era 4.0 nanti, Disini saya memberikan penekanan
perihal perlunya kita memiliki mental Self Driving. Kita selaku
Mahasiswa Islam Indonesia juga khususnya untuk seluruh pemimpin dan pengelola Lembaga
Pendidikan Islam perlu untuk bermental bak pengemudi yang baik (Good Driver).
Karena orang yang bermental good driver , ia mampu membuka diri, cepat
dn tepat membaca situasi, berintegritas, tangkas dalam bertindak, waspada
terhadap segala kemungkinan buruk, dan mampu bekerja efektif, inovatif, dan
efisien. Bahkan suuatu saat nanti, kita sebagai salah satu Mahasiswa Manajemen
Pendidikan Islam akan dituntut untuk menjadi pengemudi handal untuk lembaganya.
Dan penekanan terakhir dari segala langkah adalah mempertahankan lalu menciptakan. Ada sebuah genealogi
pemikiran islam yang popular sampai saat ini yakni “Mempertahankan yang lama
yang baik, dan megambil yang baru yang lebih baik.” Maka mari kita terapkan
genealogi ini sebagai solusi awal pendidikan islam menghadapi era industry 4.0
.
Terakhir, penutup atas tulisan ini, saya mengutip pernyataan
dari Dr. Abdullah AlFaqih :
“ Lianna Kulli Syaiin fil islam yuslihu fi kuli jamani, wakulli
makani.”
Salam
Pendidikan! Salam Mahasiswa !
Mari
bersatu, berpadu berpacu, wujudkan kualitas pendidikan islam diera industry 4.0
ini . Rawe- rawe rantas, malang-malang tuntas. .
Referensi :
Saputro, Febrianto Adi. 2018. Mendikbud
Ungkap Cara Hadapi Revolusi 4.0 di Pendidikan.
Komentar
Posting Komentar