Cerdas Politik -Mengabdi Pada Allah-


     . . . . . . . .

       “Politik adalah Mengabdi Pada Allah” Ujar Bu Yeti nurhayati, seorang aktivis dakwah politik  yang menjadi pemateri dalam AcaravDiskusi Intelektual Muslimah yang diadakan oleh LSPI UIN SGD Bandung.

    Pernyataan dari seorang ibunda sekaligus aktivis dakwah politik itu yang saya dengar tadi sabtu pagi berbanding terbalik dengan apa yang dipahami kebanyakan masyarakat. Karena politik tidak jarang diidentikan dengan kekuasaan dan sesuatu yang kotor, licik, dan jahat. Lalu Kata politik hanya dibatasi mengenai pembahasan kekuasaan, legislasi, dan kepentingan golongan, dikenal tak mengenal kawan namun lawan, bukan ranah perempuan bahkan bersebrangan dengan fitrah perempuan, dan masih banyak lagi pandangan-pandangan negatif masyarakat mengenai politik. Pandangan terbatas dan bahkan negative itu hadir di pikiran masyarakat, karena memang itulah yang disodorkan, yang diperlihatkan oleh praktik politik , itulah pemahaman politik yang dipelajari di lembaga-lembaga pendidikan, itulah yang dipertontokan oleh media media. Sehingga orang mungkin akan berpendapat,” Mana bisa politik dijadikan tempat atau jalan untuk mengabdi pada Allah, “ atau mungkin “Jangan berpolitik, bahaya.”, sehingga beberapa orang terkadang takut untuk sekedar melakukan perbincangan hangat mengenai politik, apalagi para perempuan atau para muslimah.

       Di dunia ini, sejak dahulu bahkan hingga fenomena era revolusi industry 4.0 perlahan-lahan mulai menampakkan dirinya, berbagai macam permasalahan tidak mampu diatasi dan bahkan muncul dan ada secara merajalela, mulai dari pelecehan, kelaparan, penindasan, ekploitasi wanita dalam iklan misalnya, dan lainnya . Apa yang dijabarkan itu merupakan permasalahan politik. Kita tidak bisa membatasi bahwa permasalahan politik hanya ranah kekuasaan, legislasi, dan sebagainya.

       Maka sebagai inti dari tulisan ini, saya mengajak teman-teman untuk berpolitik, khususnya untuk para muslimah generasi umat dan bangsa. Bahwasannya Islam pun mewajibkan umatnya untuk melakukan aktivitas politik. Karena kata politik (siyasah) dalam islam memiliki arti mengurus urusan umat. SEmua kalangan wajib berperan dalam hal itu demi tercapainya baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur.

      Bahwasannya Islam sangat memuliakan insan bernama perempuan, apalagi ia yang shalihah lagi cerdas. Dan tak bisa dipungkiri, perempuan yang cerdas itu adalah ia yang mau berpolitik. Ditangan perempuan lah akan ditentukan banyak generasi yang akan memperjuangkan Islam.  Ia melihat politik bukan perihal duduk di kursi parlemen dengan alasan ‘bahwa permasalahan perempuan tidak akan terselesaikan jika tidak diselesaikan oleh perempuan lagi’,  perihal berambisi menjadi kepala negara misalnya, atau menyuarakan kesetaraan gender. Bukan.. bukan itu yang dilihat oleh perempuan cerdas. Namun ia melihat politik sebagai aktivitas dimana kita mengarahkan pikiran dan tindakan kita untuk lebih banyak berkontribusi dalam perjuangan islam , ia juga mampu memotret lantas membaca politik dan kondisi permasalahsan umat sebagai perubahan untuk masa yang akan datang.

    Dinamakanlah kecerdasan politik.  Bukan berarti semua yang memangku jabatan sebagai pejabat parlemen, anggota legislatif dan semaacamnya, atau yang pintar bicara soal politik, dan terlibat pemilu itu dikatakan orang yang cerdas politik. Karena ada saja seseorang yang memangku jabatan dalam suatu pemerintahan, ternyata pemahamannya minim mengenai visinya sendiri. Ia tidak benar-benar faham mengenai tujuan dari politik itu sendiri. Namun sekali lagi, yang cerdas politik itu adalah ia yang mampu berfikir tentang umat, memahami kondisi umat, serta menggerakan segala pemikiran, keilmuan, dan kemampuan yang dimiliki untuk kepentingan umat semata-mata mengabdi kepada Allah .

   
 Semua orang umunya, khususnya perempuan yang cerdas politik harus memiliki cita-cita besar untuk umat. Lantas Apa yang diinginkan umat islam saat ini ? Jawabannya tertera dalam Qs. Ali-imran ayat 110. Yakni menjadi sebaik-baik Umat , menjadi umat terbaik dimuka bumi. Maka tekad kita adalah harus bersungguh-sungguh  belajar untuk berjuang mengeluarkan umat islam dari keterbelengguan hari ini dengan cara mencerdaskannya dengan segala hal yang sesuai dengan aturan dan pemahaman islam.  Jika apa yang dipikirkan kita hanya perihal siapa jodoh kita, kapan menikah, kapan punya anak, kapan lulus, dan segala hal yang menyangkut pribadi tanpa memikirkan bagaimana umat islam saat ini, bagaimana perkembangan generasi islam saat ini, bagaimana kemudian kemulian dan gerak langkah perempuan di zaman ini, dan sebagainya.. “Berarti Anda belum cerdas politik, karena masih sibuk memikirkan diri sendiri” Ujar Ibunda Ira dalam pembahasan materinya di kajian DIM LSPI.       

  Kita pula perlu benar-benar mengoptimalkan peran untuk ummat. Ketika zaman yang kita hadapi ini sedang menghadapi era digital yang semakin meningkat dan menjalar kesetiap kalangan manusia. Maka salah satu cara paling mudah untuk mengoptimalkan peran kita adalah menggunakan Media-media sosial sebagai lahan untuk berkontribusi dalam perjuangan islam yakni berdakwah. Jadikan segalanya sebagai alat untuk memperjuangkan islam. Ketika kita menyukai dunia tulis menulis, jadikan tinta atau pena itu untuk membela islam dan mencerdaskan umat, jika kita menjadi aktivis kampus, jadikan setiap geraknya untuk membela islam dan mencerdaskan umat, dan jika ahli dalam hal publick speaking, jadikan bicaranya itu untuk membela islam dan mencerdaskan umat. Wallahu Alam Bishawab..

Maka Benar, politik itu salah satu jalan mengabdi pada Allah.

Khairunnas Anfauhum Linnas..

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.


Penulis : Rivia Nafilah fauziah

Sumber  :         
 Hasil Diskusi Intelektual Muslimah Lembaga Studi Politik Islam UIN BDG 2019, 
 (Ibunda Indiran sabet Rahmawaty.S.IP.,M.Ag dan Ibunda N.Yeti Nurhayati,M.Sos)  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A.Hasan ,guru besar persis