Truth Through Struggle


                                                                     Truth through struggle
                                                                                     Karya : Rivia NF




Matahari tak berada lagi diperaduaannya, namun telah kembali kepada tugasnya untuk menerangi alam ciptaan Allah SWT. Pagi ini kuhabiskan mencari sebuah ungkapan untuk menjabarkannya, dan sesekali tatapanku menerawang jauh pemandangan indah yang tersimpan dialam. “Manusia tak luput dari dosa.” Sebuah ungkapan yang memang ada benarnya dan sebuah ungkapan yang pantas untuk diucap. Tak akan ada manusia yang sempurna kecuali penciptanya. Aku yakin bahwa semua manusia pernah melakukan dosa, tapi banyak orang yang sulit untuk menghapus dosa itu,termasuk aku. Padahal ketika dipikir kembali, penghapus dosa itu bisa kita laksanakan secara rutin dan sederhana seperti melaksanakan shalat,puasa,dan lainnya. Tapi begitulah, mungkin  sudah timbul rasa malas pada diri manusia. Malas mungkin tak terlalu berbahaya, namun jika sudah timbul rasa tak beriman tentu kita semua harus segera bergegas, karena bisa saja rasa itu merambat pada manusia lainnya.    
            “Kak!!” Seketika lamunanku buyar, menatap bosan pada saudaraku yang seenaknya mengagetkan. “ Ada apa sih de?” kataku kesal. Segera adikku menunjuk seseorang yang berada dibalik pintu rumah, nampak seorang perempuan dengan rambut terurai panjang serta baju yang sudah tercampur khas kebaratan. Aku menatapnya lama. Apakah dia temanku? ...
 “ Ayo kita pergi untuk kerja kelompok, dan cepatlah ganti bajumu .” Katanya. Lama aku menatapnya, ternyata dia benar-benar temanku,namanya Syilla. “ Gayamu?” aku menatap aneh padanya. “Daripada gayamu yang kuno itu. Gayaku lebih enak dilihat daripada gayamu.”ejek dia. Aku terkejut aneh. “Ah Yas, jangan dipikirkan perkataanku itu, aku hanya bercanda.” Katanya mengibas tangan. Aku pun menganggukkan kepala dan segera berlalu bersamanya untuk kerja kelompok.           
                                               
Surat An-nur ayat 31 yang tertera dalam Al-quran membuatku semangat untuk berhijab syar’i. Rasanya aku ingin sekali menjadi seorang remaja yang bisa menciptakan hijab modern tapi syar’i, tujuannya agar para muslimah tak lagi mengikuti trend-trend hijab yang gaul namun tak teratur. “Yas!! Kau melamun terlalu lama.” Kesal Syilla, aku terperanjat kaget sebab dia menepuk pundakku dengan tiba-tiba. “Kudengar kamu ingin menjadi pencipta hijab modern?” tanya Syilla dengan tawa kecilnya. “Ya, dengan begitu aku akan berusaha untuk memakai hijab syar’i” kataku. “Kau mau memakai hijab syar’i ?!” katanya kaget. “Kusarankan jangan dulu, kau masih remaja. Apakah masa remajamu ingin dihabiskan dengan kefanatikanmu terhadap hijab syar’i ?” Tanya Syilla. Tiba-tiba dadaku bergetar hebat. Aku menatap jauh kedalam mata Syilla. Perkatannya tak seharusnya diucapkan, rasanya emosiku akan meledak. “ Syilla . . baca saja surat An-nur ayat 31. Hari sudah mulai gelap, aku pulang ya! Sampai jumpa disekolah.” Kataku berlalu mengakhiri pertemuan sore ini.
                                                                        ****
            Lama aku termenung. Semenjak kejadian sore itu, ada banyak peristiwa yang kadang membuatku tak kuasa menahan air mata. Akibat perubahanku banyak temanku yang memandang aneh dan tak sedikit pula yang membicarakan keanehanku, bahkan ada beberapa teman yang menjauhiku. Remaja itu labil, kadang ketika aku berbuat tidak wajar , mereka akan menyuruhku untuk tidak berbuat seperti itu dan sebaliknya pula. Padangan seperti ini diperuntukkan bukan untukku saja, tapi untuk mereka yang berubah. Dan aku yakin setiap manusia akan berubah dan bergerak , dan takkan pernah diam membisu ditempat.Perubahanku dimulai ketika surat An-nur menyadarkanku betapa wajibnya seorang muslimah memakai hijab syar’i.     
            “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,kecuali yang biasa nampak. Dan hendaklah mereka menutupkan kudung kedadanya”. “ Ini adalah sedikit arti dari surat an-nur ayat 31 yang telah mendukungku untuk bertaubat, surat ini juga meyakinkanku bahwa aku pasti bisa berubah menjadi orang yang lebih baik dan berguna,menjadi muslimah yang berhijab syar’i,serta akan lebih indah jika aku bisa menaklukan quran hingga akhirnya menaklukan dunia dengan al-quran , dan merubah tatanan dunia agar dipenuhi muslimah berhijab. “ Aku memandang jauh berimajinasi tanpa batas.    
Karena perubahan inilah aku pernah merasakan pengucilan, bahkan aku sering mendengar kata-kata pedas dari mereka, seperti contohnya so alimlah, terlalu fanatiklah, dan masih banyak lagi. Namun bagiku itu adalah sebuah rintangan hidup yang perlahan-lahan menjadikanku seorang yang tegar.     
                                                            * * *
Tahun ke tahun telah kulewati perubahan menuju kebenaran ini, hingga akhirnya aku telah masuk jenjang SMP/Tsanawiyah. Dan sekarang, aku sedang membiasakkan diri menjadi muslimah dan santriwati yang sebenarnya. Pondok pesantren adalah jalan untuk mempermudah perubahan ini, hingga akhirnya kuhabiskan hari-hariku dipondok. Sore hari aku selalu duduk santai dihalaman mesjid pesantren sembari sesekali melantunkan surat al-rahman dengan lagam qori murottal Muhammad Taha Aljunayd. Sesekali pula aku menyingsikan sedikit kerudungku agar tak terlalu ribet. “ Hah kau ini!! Untuk apa memakai hijab syar’i jika kerudungnya masih disingsingkan seperti itu, ada-ada saja” celetuk temanku. 
Aku terkejut, menatap lama padanya yang telah berjalan jauh dariku.Apakah dia temanku? Aku bertanya dalam hati dan hasilnya nihil tak ada jawaban. Memang perkataan dia itu sangat benar.Tapi walaupun itu sebuah kritik atau saran, tentu harus ada aturan dalam menyampaikannya, agar tak menyakitkan ketika didengar.” Terimakasih telah mengingatkanku. Aku harap kau bisa lebih menghargaiku ketika memberikan saran atau kritikan” lama aku berkata-kata dalam hati.          
                                                                        ****
            Hari ini dan peristiwa yang terjadi semakin membuatku berfikir jauh mencari kebenaran yang nyata. “Aku ingin memakai hijab syar’i yang indah, namun aku ingin terlebih dahulu menghijab hati.Agar orang tak menganggapku munafik, memakai hijab namun hati masih kotor.” Dia berbicara sambil menikmati makanan pagi . Ya dia yang selalu memberikan kritikannya padaku. Dengan segera aku keluar dari ruang makan itu dan berjalan menuju mesjid sambil mengoceh tak karuan. “ Kenapa harus menunggu terhijab hati? Jika kita sudah berniat berhijab syar’i maka hatipun akan mengikuti.” Kataku. Aku duduk diam didepan mesjid terus mengoceh dalam hati bahwa aku tak sependapat dengan dia.”Aku sangat ingin menjelaskannya . Tapi..” perkataanku terhenti seketika.            
            Hari-hari ini terasa berat bagiku. Seakan-akan ada sebuah dorongan yang membuat semangat berhijab syar’iku semakin besar, namun banyak juga rintangan yang membuatku ingin berhenti disini, ditengah-tengah proses perubahan yang sudah lama kulakukan.        
“Tidak akan!” Aku menggelengkan hati yang hampir ditumbuhi rasa putus asa . Perjuangan dalam perubahanku ini akan terus berlanjut hingga aku menjadi seorang muslimah yang sebenarnya. Hamasah untukku dan untuk semua orang yang mau berubah kejalan kebenaran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A.Hasan ,guru besar persis